Tidak Terbantahkan, Teroris itu Beragama Islam

Akhir-akhir ini, isu terorisme merebak kembali. Dulmatin berhasil diburu dan tertembak mati di Pamulang oleh kelompok pasukan anti teroris. Sebelumnya, sebuah kamp pelatihan teroris berhasil ditemukan Densus 88 Polri di sebuah kaki gunung di Nanggroe Ace Darussalam.

Dilihat dalam sejarah, telah banyak terorisme ditangkap dan ditembak mati akibat tindakan atau perbuatan teror mereka. Bebagai peristiwa bom sejak tahun 2000-an, semuanya diketahui dilakukan teroris ketika beraksi di Indonesia. Mereka melakukan pengeboman entah di gedung Gereja, Hotel dan Bursa Efek Jakarta. Yang mengerikan diantaranya adalam Bom Bali I dan II serta Hotel Ritz Carlton di Jakarta.

Satu hal yang menonjol adalah bahwa teroris itu tidak mngenal korbannya, entah itu beragama islam, non-Islam. Semuanya disikat terutama hal-hal yang berbau Amerika atau Barat.

Namun yang tidak terbantahkan adalah bahwa semua pelaku tindakan teroris itu adalah beragama ISLAM. Ada apa dengan Islam? Apakah ada akar atau benih terorisme daam Kitab Suci Islam?

Selama Pemerintahan SBY: 108 Gereja di Indonesia Ditutup

Salam,

Saya baru aja dikabari seorang kawan, yang memberi tahu bahwa postingan saya di sebuah milis, tiba-tiba link-nya tak dapat diakses. Berita itu judulnya “Selama SBY Presiden, 108 Gereja Ditutup” di situs okezone.com yang pernah ditayangkan tanggal 22 Desember 2007. Kini, berita itu lenyap, meski mencari dengan search di okezone.com dan google.com.

Bisa jadi, berita itu dianggap black campaign, apalagi saat ini masa tenang pemilu. Tapi, untuk apa dilenyapkan dari okezone? Saya sudah tanya ke seorang kawan, di okezone, tapi sampai sekarang belum ada jawaban. Apakah ini kerjaan hacker? Ada yang bisa menjawab? (JS)

Beruntung masih ada milis yang menyimpan berita tersebut:

Selama SBY Presiden, 108 Gereja Ditutup  
JAKARTA – Sekretaris Eksekutif Persekutuan Gereja-gereja Indonesia, Gumar Gultom mengungkapkan selama SBY menjadi Presiden RI tahun 2004 lalu sebanyak 108 geraja di Indonesia ditutup.

“Pemerintah dalam hal ini seolah tinggal diam dalam menangani kasus kekerasan agama,” kata Gumar dalam diskusi Evaluasi Toleransi Beragama dalam Pemerintahan SBY-JK di Radio 68h, Utan Kayu, Jakarta, Sabtu (22/12/2007) .

Sebagaimana diketahui, penutupan gereja yang paling marak terjadi di Bandung yang dilakukan salah satu ormas Islam.

Selain itu, kata Gumar, aparat cenderung menangkap orang-orang yang dianggap sesat, bukan orang atau kelompok yang merusak atas nama agama. “Kekerasan agama masih berlangsung karena penegakan hukum kurang dan adanya fatwa dari organisasi-organisa si tertentu,” jelasnya.

Menurutnya, kalau kejadian ini terus berlangsung dikhawatirkan sendi-sendi kebangsaan tidak bisa ditegakkan.

Courtesy: Milis Batak Cyber

TERORISME TAK PENGARUHI CITRA PKS?

 

JAKARTA – Dua buronan polisi dalam kasus terorisme, Saefuddin Jaelani dan M Syahrir ternyata adik kandung dari politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) asal Kabupaten Tangerang, Anugrah. Apakah keterkaitan karena hubungan keluarga ini akan memengaruhi citra partai bergambar bulan sabit kembar ini?

Pengamat politik yang juga Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari menilai, untuk saat ini kasus di atas belum akan memengaruhi pencitraan PKS di mata publik. “Tapi tergantung pada fakta-fakta di lapangan nanti seperti apa,” ujar Qodari dalam perbincangannya per sambungan telepon dengan okezone, Selasa (25/8/2009).

Menurut Qodari, ideologi yang dianut oleh PKS selaku partai politik dengan kelompok teroris itu sangat jauh berbeda. Pertama, PKS percaya dengan konsep nation state (negara kesatuan), sedangkan terorisme tidak. “Mereka ingin mendirikan Daulah Islamiyah yang tidak dipisahkan dengan sekat-sekat geografis,” terangnya.

Selain itu PKS selaku partai politik tentu percaya dengan koridor demokrasi. Hal ini terbukti PKS mengikuti proses pemilu dan ikut serta dalam pemerintahan. Ketiga, karena PKS percaya menganut sistem demokrasi, maka PKS percaya pada proses politik nonkekerasan. “Jadi secara kepartaian mereka berbeda ideologi,” nilainya.

Setidaknya, dengan keterangan pers yang dilakukan oleh PKS dan Anugrah kemarin, memberikan kejelasan bagi masyarakat bahwa PKS dan Anugrah sendiri tidak sependapat dan mengutuk aksi terorisme. “Toh hingga sekarang Anugrah tidak ikut bersalah kan, selain itu mereka (Saefuddin dan Syahrir) juga bukan eksponen ataupun pengurus PKS,” pungkasnya. (ram)

(mbs)